Halimah

Thursday, March 24, 2016

Perubahan Pola Penyakit Stroke dan Angka Kematian di Indonesia



Penyakit kardiovaskular terkait jantung dan pembuluh darah, terutama stroke dan jantung koroner, tidak hanya milik warga kota besar. Prevalensi penyakit mematikan tertinggi di Indonesia itu, serta penyakit tidak menular lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan kanker, merata hingga kota kecil di banyak daerah.
Warga mengikuti Yoga di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (17/5). Yoga massal sebagai bagian dari kampanye kesehatan 2015 yang dilaksanakan serentak di tiga kota seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar itu berhasil memecahkan rekor MURI untuk kegiatan yoga dengan jumlah peserta terbanyak di Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan 2013 yang diolah Divisi Litbang Kompas menunjukkan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, memiliki sebaran (prevalensi) kasus stroke tertinggi di Indonesia dengan persentase 66,6 persen. Adapun prevalensi tertinggi jantung koroner ada di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, dengan persentase 15,5 persen, sedangkan Manggarai Timur prevalensi tertinggi diabetes, 19,2 persen.
Prevalensi hipertensi tertinggi ada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dengan persentase 43,6 persen dan paru-paru tertinggi ada di Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, dengan persentase 35,8 persen, sedangkan prevalensi kanker tertinggi di Sleman, DI Yogyakarta, dengan 6,1 kasus per 1.000 penduduk.
Sementara itu, analisis awal Sample Registration Survey (SRS) 2014—survei kematian skala nasional terhadap 41.590 kematian sepanjang 2014—yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menunjukkan, stroke dan jantung penyebab kematian pertama dan kedua di Indonesia sepanjang 2014. Persentasenya, masing-masing 21,1 persen dan 12,9 persen.
Kepala Balitbangkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, kondisi ketika penyakit menular belum terkendali penuh dan penyakit tidak menular terkait gaya hidup cenderung meningkat pesat dan jadi pembunuh nomor satu. ”Transisi epidemiologi sedang terjadi,” ujar Tjandra, Sabtu (16/5), di Jakarta.
Tahun 1990-an, kata Tjandra, stroke menempati posisi keempat penyebab kematian. Tahun 2014, peringkat pertama. Adapun penyakit jantung dan pembuluh darah yang pada tahun 1990-an di luar 10 besar penyebab kematian, tahun 2000-an jadi pembunuh kelima dan tahun 2014 penyebab kematian kedua.

Faktor penyebab
Perubahan pola penyakit terjadi seiring perubahan status sosial ekonomi, gaya hidup, dan meningkatnya usia harapan hidup. Interaksi berbagai faktor risiko, seperti rendahnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, asupan gizi tak seimbang, dan konsumsi alkohol kian mempercepat terjadinya penyakit tidak menular.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DI Yogyakarta Daryanto Chadorie mengatakan, masyarakat Yogyakarta terbiasa mengonsumsi makanan manis dan minim konsumsi sayur dan buah. Kebiasaan itu berisiko menimbulkan penyakit tidak menular. Di banyak daerah, makanan dan minuman berkadar gula dan garam tinggi kian mudah dijumpai. Gerai-gerai minimarket buka hingga lewat tengah malam.
Menurut dosen sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Victoria Sundari Handoko, ada unsur kapitalisasi bisnis yang turut membuat produk makanan dan minuman yang dulu hanya berpusat di kota besar kini hadir di kota-kota kecil dan mudah diakses warga segala umur.
Menurut Tjandra, risiko penyakit tidak menular di kota besar dan kecil sebenarnya relatif sama. Asupan gizi tidak seimbang, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol merupakan faktor risiko yang sama-sama terjadi, baik di kota besar maupun kecil. ”Aktivitas fisiknya saja yang mungkin agak berbeda antara kota besar dan kecil,” ujarnya.
Dari data SRS 2014, setelah stroke dan penyakit jantung koroner, penyebab kematian tertinggi tahun 2014 berikutnya adalah diabetes melitus dengan komplikasi (6,7 persen), tuberkulosis (5,7 persen), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3 persen).
Analisis awal SRS 2014 oleh Balitbangkes tersebut sejalan dengan tren yang terlihat pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Berdasar Riskesdas, prevalensi stroke meningkat dari 8,3 per 1.000 penduduk tahun 2007 menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2013.
Tersebar meratanya berbagai penyakit akibat gaya hidup, mulai dari pedesaan hingga perkotaan, menurut antropolog kesehatan Universitas Indonesia, Sri Murni, akibat dari perubahan perilaku masyarakat secara keseluruhan.
Kader Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Dusun Kasuran, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mengukur tekanan darah seorang warga, Sabtu (16/5). Posbindu PTM merupakan program yang digagas Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan dan mendeteksi dini sejumlah penyakit tak menular, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat mengubah kebiasaan mereka, baik dari pola konsumsi, aktivitas fisik, maupun pola permukiman masyarakat yang meng-kota.
Semakin tipisnya batas antara wilayah perkotaan dan pedesaan, tayangan televisi yang selalu menampilkan glamornya kehidupan perkotaan, serta faktor pergaulan turut memengaruhi pola perubahan gaya hidup masyarakat. Semua itu memicu tersebar meratanya dan makin mudanya usia pengidap penyakit akibat gaya hidup.
”Standar modernisasi atau berbagai keunggulan mengacu pada gaya hidup masyarakat perkotaan. Akibatnya, gaya hidup di desa mirip masyarakat di kota,” kata Sri Murni.
Anak-anak muda pedesaan kini jauh beda dengan era dulu. Semakin sedikit anak muda memanggul cangkul, mencangkul, atau ke sawah bersepeda. Gerak lakunya sama dengan anak-anak di kota umumnya, yang menenteng gawai ke mana-mana.

Beban ekonomi
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, tingginya kejadian penyakit tidak menular di Indonesia akhirnya tidak hanya menjadi beban kesehatan, tetapi juga ekonomi negara. Mengutip penelitian Forum Ekonomi Dunia dan Harvard School of Public Health 2015, lima jenis penyakit tidak menular (penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes melitus, dan gangguan kesehatan jiwa) akan menyebabkan kerugian 4,47 triliun dollar Amerika Serikat atau 17.863 dollar Amerika Serikat per kapita dari tahun 2012 sampai 2030.
Kerugian yang ditimbulkan itu tidak hanya terkait pembiayaan pengobatan penyakit yang memang besar, tetapi juga atas hilangnya produktivitas tenaga kerja.

Saturday, January 31, 2015

Hubungan Obesitas dengan Osteoatritis

A. Latar Belakang
   Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai secara global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004).
   Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 70% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA (Brooks, 1998). Prevalensi OA lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA (Soeroso, 2006).
   Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko OA lutut.       
   Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien OA lutut (Thumboo, 2002). Menurut Soeroso ( 2006 ), pasien OA dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang Non Obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut pasien penderita OA semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Conaghan, 2008). Pada pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang terpusat di sendi lutut (Urwin, 1998). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan umur, status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi. 

B. Masalah
Dari Latar Belakang diatas dapat saya simpulkan masalah yaitu " Adakah hubungan Obesitas dengan Osteoatritis?"

C. Kerangka Teori
 A. Osteoatritis
  1. Pengertian Osteoatritis
    a.   Teori 1
    Menurut Susan J. Garrison, MD (1994) Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling sering ditemukan dan menjadi penyebab terbanyak kecacatan dan disabilitas, terutama pada usia lanjut.
     b.   Teori 2
    Menurut WHO, 40% penduduk dunia berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis lutut, 80% diantaranya mengalami keterbatasan gerak.
          c.  Teori 3
      Osteoarthritis umumnya menyerang sendi penopang tubuh seperti sendi lutut (paling sering), panggul, tulang belakang bagian pinggang, dan servikal (tengkuk). Osteoarthritis dapat juga mengenai sendi jari tangan. 
          d.   Teori 4
        Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia, osteoarthritis adalah suatu penyakit       kronis yang mengenai sendi tulang disekitar sendi tersebut.
          e.   Teori 5ersendian dan otot. Selain itu, mengerjakan suatu pekerjaan dan olahraga yang terlalu berlebihan, sendi yang tidak benar terbentuk dan adanya cacat genetik pada tulang rawan sendi, masalah konsumsi gizi,metab
        Menurut DR. Dr. Andri Maruli Tua Lubis , Sp. OT , Osteoarthritis merupakan nyeri sendi yang terjadi akibat adanya radang pada sendi.

  2. Penyebab Osteoatritis
      Penyebab Osteoarthris yaitu karena kelebihan berat badan atau obesitas. Biasanya juga akan menimpa pada penderita diabetes. Semakin bertambahnya usia yang yang semakin menua disertai dengan cedera pada polisme tubuh yang sama, adanya cacat genetik seperti gangguan kolagen.
  3. Pencegahan Osteoatritis
     Cara pencegahan terhadap osteoarthritis diantaranya ; menjaga berat badan, menggunakan jenis olah raga dengan tidak menggunakan banyak persendian, aktifitas olahraga yang dilakukan sesuai dengan umur, menghindari trauma (perlukaan) pada persendian, meminum obat suplemen sendi.
   4. Kesimpulan 
       
Masalah
Teori 1
Teori 2
Teori 3
Teori 4
Teori 5
Kesimpulan
Osteoarthritis









Menurut Susan J. Garrison, MD (1994) Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling sering ditemukan dan menjadi penyebab terbanyak kecacatan dan disabilitas, terutama pada usia lanjut.

Menurut WHO, 40% penduduk dunia berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis lutut, 80% diantaranya mengalami keterbatasan gerak.




Osteoarthritis umumnya menyerang sendi penopang tubuh seperti sendi lutut (paling sering), panggul, tulang belakang bagian pinggang, dan servikal (tengkuk). Osteoarthritis dapat juga mengenai sendi jari tangan
Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia, osteoarthritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi tulang disekitar sendi tersebut.




Menurut DR. Dr. Andri Maruli Tua Lubis , Sp. OT , Osteoarthritis merupakan nyeri sendiyang terjadi
akibat adanya radang pada sendi.


Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang sering ditemukan pada usia lanjut yang menyebabkan disabilitas yang disebabkan radang pada sendi.



 B. Obesitas
  1. Pengertian 
     a.       Teori 1
          Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat menganggu kesehatan (WHO,2011).
    b.       Teori 2
         Menurut Myers(2004), seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.
    c.       Teori 3
        Menurut WHO, Obesitas merupakan salah satu daripada 10 kondisi yangbersiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang beresiko di negara-negara berkembang.
     d.  Teori 4
           Menurut Olson (1994), obesitas merupakan kondisi penimbunan lemak tubuh, hal ini tidak baik bagi kesehatan
      e.  Teori 5
           Menurut Wahlqvist (1997), penyebab obesitas adalah faktor makanan, faktor hormonal, genetik, aktifitas pisik dan psikologis. 

  2. Penyebab Obesitas
       Penyebab obesitaas antara lain faktor genetik, kurang aktifitas, faktor sosialekonomi, konsumsi alkohol, ras, umur dan jenis kelamin, serta pola pertumbuhan pada masa anak-anak.
      
  3. Pencegahan Obesitas
      Pencegahan terhadap obesitas antara lain ; hindari pola makan secara berlebihan. Selain mengatur pola makan, kebiasaan makan bersama keluarga juga dapat mengatur asupan. Selain itu olahraga yang cukup serta istirahat yang cukup dapat menjaga metabolisme tubuh sehingga tidak cenderung untuk nyemil makananringan yang merupakan salah faktor penyebab obesitas.
   4. Kesimpulan
Masalah
Teori 1
Teori 2
Teori 3
Teori 4
Teori 5
Kesimpulan
Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat menganggu kesehatan (WHO,2011).

Menurut Myers(2004), seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.

Menurut WHO, Obesitas merupakan salah satu daripada 10 kondisi yang bersiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang beresiko di negara-negara berkembang.

Menurut Olson (1994), obesitas merupakan kondisi penimbunan lemak tubuh, hal ini tidak baik bagi kesehatan

Menurut Wahlqvist (1997), penyebab obesitas adalah faktor makanan, faktor hormonal, genetik, aktifitas pisik dan psikologis.

Obesitas merupakan penyakit yang disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang yang menyebabkan pembesaran pada sel lemak dan paling sering dijumpai pada negara berkembang

D. Kerangka Berpikir
1. Apa yang dimaksud dengan Osteoatritis?
   Osteoatritis adalah penyakit sendi yang sering ditemukan pada usia lanjut yang menyebabkan disabilitas dan disebabkan oleh radang pada sendi.  
2. Apa kaitan Obesitas dengan Osteoatritis ?
    Obesitas meningkatkan beban biomekanik pada sendi lutu dan panggul selama aktivitas. Tekanan pada lutut dan panggul selama aktivitas, 2 - 4 kali lebih besar dari berat badan normal, sehingga efek berat badan yang berlebih akan meningkatkan tekanan pada lutut dan panggul. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko osteoartritis, yang ditandai dengan kerusakan pada tulang rawan sendi yang berakhir dengan kerusakan ke seluruh sendi.
3. Apa yang dimaksud dengan  Obesitas? 
   Obesitas merupakan penyakit yang disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang yang menyebabkan pembesaran pada sel lemak.

E. Hipotesis
Ada hubungan obesitas dengan Osteoatritis

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoartritis
- reumatologi.or.id
- www.medistra.com


Wednesday, January 21, 2015

Statistika

Rangkuman Buku Filsafat Ilmu Karya : Jujun S. Suriasumantri

“Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah”.“Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik”.

Statistika dan Cara berpikir induktif
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Karakteristik berfikir Induktif
Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan suatu hal yang pasti, dimana jika kita mempercayai premis-premis yang diapaki sebagai landasan penalarannya, maka kesimpulannya penalaran tersebut juga dapat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai premis-premis terdahulu.

Wednesday, January 7, 2015

Matematika

Rangkuman Buku Filsafat Ilmu Karya : Jujun S. Suriasumantri

Matematika Sebagai Bahasa
    Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu Matematika hanya merupakan kumpulan rumus - rumus yang mati.
   Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa kita berpaling kepada Matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Jadi secara ini maka pernyataan Matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informasi dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

Sifat Kuantitatif Dari Matematika
   Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
   Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.

Perkembangan Matematika
   Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap sistematika, komperatif, dan kuantitatif.
     Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris kedalam kategori-kategori tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu.
    Dalam tahap yang kedua kita mulai melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Lalu kita mulai mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara diberbagai obyek yang kita kaji.
    Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki.
Berapa jarak neraka ke surga?
— Setengah inci cuma…
Menurut sistem Lobachevskii
Jarak adalah garis lengkung
Kurva bibirnya

Matematika : Sarana Berpikir Deduktif
   Berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. Pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkarya perbendaharaan ilmiah kita.
   Einstein,
Beberapa Aliran dalam Filsafat Matematika
   Aliran yang disebut logistik yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berfikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Aliran kedua aliran yang disebut intuisionis. Disamping dua aliran ini terdapat pula aliran ketiga, terkenal dengan sebutan kaum formalis.

Matematika dan Peradaban
   Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun S.M. Bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang melambangkan angka-angka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang pertama, yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir, seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke duapuluh di kota metropolitan Jakarta. Bedanya adalah bahwa pengetahuan tentang matematika pada waktu itu di anggap keramat. Para pendeta dengan sengaja menyembunyikan pengetahuan tentang Matematika untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Hal ini pun tidak jauh bedanya dengan situasi peradaban kita, seperti apa yang pernah dikeluhkan Soedejadmoko, bahwa seorang pegawai sering menyimpan informasi tertentu, karena dalam anggapan tradisional “monopoli atas informasi merupakan sumber kekuasaan”. Informasi itu dengan demikian tidak diberikan kepada pihak-pihak lainyang membutuhkan.
   Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Penduduk kota yang pertama adalah “Makhluk yang berbicara” (Talking animal) , kata Lancelot Hogben, dan penduduk kota kurun teknologi ini adalah “makhluk yang berhitung” (Calculating animal) yang hidup dalam jaringan angka-angka: takaran resep makanan, jadwal kereta api, angka pengangguran, tilang, pajak, pampasan perang, uang lembur, taruhan, skor biljar, kalori, timbangan bayi, temperatur klinis, curah hujan, cerah matahari, spedometer, indikator baterai, meteran gas, suku bunga bank, ongkos angkut kapal, tingkat kematian, potongan, lotre, panjang gelombang dan tekanan ban. Bagi ilmu itu sendiri Matematika menyebabkan perkembangan yang sangat cepat. Tanpa Matematika maka pengetahuan akan berhenti ditahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan penalaran lebih jauh. 


Friday, May 22, 2009

Tips awet bersahabat

Memiliki sahabat sejati adalah harga paling berharga, karena bersama sahabat kita bisa menjadi dri sendiri ia mampu membuat kita bahagia dengan dri kita sendiri dan memberi motivasi hidup.
Tetapi terkadang muncul perbedaan pendapat, selisih paham atau masalah yang menguji persahabatan kita. Bagaimana menyiasati "ujian - ujian" yang akan selalu timbul agar ikatan persahabatan tetap awet? Psikolog Alexander Sriewijono membagi tipsnya.

  1. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kita juga memiliki manfaat bagi sahabat - sahabat kita?
  2. Selalu bersikap tulus dan jujur, tidak ada kata terpaksa dalam melakukan sesuatu bagi sahabat.
  3. Keep contact. Persahabatan tidak terpisahkan oleh jarak waktu. Meski tak bisa selalu sering bertemu tanyakan kabar masing - masing melalui telepon, SMS atau email.
  4. Hindari meminjam uang dari sahabat. Jika anda tidak bisa membayar hutang, nasib Persahabatan bisa menjadi taruhan. Hormati pilihan hidupnya. meski anda tidak setuju dengan pilihan yang diambil oleh sahabat bukan berarti anda berhak mengintervensi hidupnya. tugas anda adalah memberikan masukan.
  5. Hormati pilihan hidupnya. Meski anda tidak selalu setuju dengan pilihan yang di ambil oleh sahabat bukan berarti anda berhak menginterversi hidupnya. Tugas anda adalah memberikan masukan, segala keputusan tetap ada di tangannya.